您的当前位置:首页 > 知识 > Bursa Eropa Melemah Seiring Ketidakpastian Hukum atas Tarif AS 正文

Bursa Eropa Melemah Seiring Ketidakpastian Hukum atas Tarif AS

时间:2025-05-30 11:14:34 来源:网络整理 编辑:知识

核心提示

Warta Ekonomi, Jakarta - Bursa Eropa ditutup melemah pada hari Kamis (29/5). Capaian tersebut terjad quickq加速器安装包

Warta Ekonomi,quickq加速器安装包 Jakarta -

Bursa Eropa ditutup melemah pada hari Kamis (29/5). Capaian tersebut terjadi setelah investor mencerna implikasi dari putusan pengadilan perdagangan yang membatasi penerapan sebagian tarif dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Dilansir dari Reuters, Jumat (30/5), Indeks Stoxx 600 Eropa turun 0,2% menjadi 547,88. Awalnya, pasar menyambut baik keputusan Court of International Trade AS. Ia menyatakan bahwa penerapan tarif tidak sah karena hal tersebut bukan wewenang dari Trump. 

Bursa Eropa Melemah Seiring Ketidakpastian Hukum atas Tarif AS

Bursa Eropa Melemah Seiring Ketidakpastian Hukum atas Tarif AS

Baca Juga: Dolar Melemah Menyusul Ketidakpastian Kebijakan Tarif AS

Bursa Eropa Melemah Seiring Ketidakpastian Hukum atas Tarif AS

Namun, respons cepat pemerintahan untuk mengajukan banding membalikkan sentimen positif tersebut karena mematik kembali ketidakpastian soal kebijakan tarif dari AS.

Bursa Eropa Melemah Seiring Ketidakpastian Hukum atas Tarif AS

“Ini tidak serta merta berarti bahwa tarif akan segera menghilang, karena pengadilan banding federal kemungkinan akan mengambil pandangan yang lebih menguntungkan terhadap kebijakan tersebut,” kata Analis Pasar Global eToro, Lale Akoner.

Putusan ini menandai awal dari pertarungan hukum yang panjang yang dapat mencapai Mahkamah Agung AS. Proses tersebut menciptakan ketidakpastian hukum dan kebijakan yang dapat mempengaruhi arah perdagangan global dan arus modal.

Baca Juga: Wall Street Ditutup Menguat, Investor Cerna Putusan Pengadilan Soal Tarif AS

Sebelumnya, Trump sempat mundur dari ancaman tarif baru terhadap Uni Eropa. Brussels diketahui meningkatkan diplomasi untuk mencapai kesepakatan dagang. Namun, perkembangan terbaru ini menunjukkan bahwa risiko kebijakan proteksionis masih tinggi.